"Setiap peristiwa yang kita alami adalah pelajaran
dan setiap orang yang hadir dalam hidup kita adalah guru".
Om Beck, pria yang bernama asli Iman Budiman adalah seorang guru kehidupan. Statusnya sebagai "pegawai biasa" di Direktorat Utama Revbang BPK RI tidak meyurutkannya untuk "berbuat" dan bermanfaat bagi orang lain. Di benaknya tidak pernah terpikir soal jabatan ataupun status. Ia selalu melakukan tugas yang dibebankan kepadanya dengan sepenuh hati sesuai dengan batas kemampuan yang dimilikinya.
Kendati ia hanya lulusan SMA, peran Bapak satu ini di unit kerjanya sangat vital. Sampai-sampai, orang-orang mulai khawatir bagaimana jika Om Beck harus memasuki masa pensiun yang waktunya tidak akan lama lagi."Siapa yang akan menggatikan perannya", demikian kegelisahan yang menyelimuti teman-teman sekorsanya dan juga atasannya. Sangat mengagumkan!!, perasaan seperti itu tidak kami rasakan ketika pimpinan BPK atau pejabat tinggi lainnya mau pensiun. Itulah bukti bahwa jabatan bukanlah hal yang menentukan kemuliaan dan manfaat seseorang, apalagi rasa cinta. Yang dapat mengikat itu semua adalah "nilai diri" atau value seseorang yang dapat DIRASAKAN oleh orang yang dilayani.
Apa yang dilakukan Om Beck adalah hal biasa. Kesungguhan dan ketulusan hatinya lah yang membuatnya luar biasa. Sehari-hari, tugas yang dilakukan seputar angkat-angkat logistik, beli makanan, pasang kabel, dan hal-hal lain yang tidak membutuhkan keahlian khusus untuk melakukannya.
Ketika kami melakukan kegiatan konsinyering misalnya, Om Beck selalu sigap membuat daftar makan siang dan menanyakan kepada tiap-tiap orang makanan apa yang mau dibeli. Yang luar biasa makanan yang dipesan tiap-tiap orang BERBEDA DAN TEMPAT BELINYA PUN BERBEDA. Kebayang repotnya kan?. Tapi itulah luar biasanya. Om Beck tidak pernah ngeluh dan rela JALAN KAKI untuk membelikan semua makanan yang dipesan. Tak heran kalau pada saat Om Beck datang membawa makanan yang dipesan, semua makanan langsung disantap dengan lahap karena orang yang makan merasa happy.
Tidak cukup sampai di situ, Om Beck tidak pernah langsung pulang saat jam pulang tiba. Ketika semua orang bergegas meninggalkan tempat kerja menuju rumah masing-masing, Om Beck masih sibuk mengurus kardus-kardus dan merapikan ruangan. Apalagi kalau lagi konsinyering, kardus-kardus, printer, kertas, kabel, dll, semua Om Beck yang urus.
Keahlian" yang menjadi spesial karena ketulusan hati yang dimiliki Om Beck untuk melakukan hal-hal seperti itu tidak mudah dilakukan orang lain. Bahkan, ketika pendidikan orang semakin tinggi, pekerjaan kasar seperti seakan-akan menjadi pekerjaan yang mustahil untuk dilakukan. "Masa lulusan S2 harus angkat-angkat kardus" mungkin itu yang tersirat dalam benak orang-orang.
Oleh karenanya, kehadiran seorang Om Beck menjadi spesial. Ketulusan hatinya itu menjadikan Om Beck mampu mempertegas nilai dirinya. Kendati tidak mahir melakukan pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan skill anak kuliahan, kehadiran Om Beck tetap menjadi lagu wajib dalam setiap event yang diselenggarakan Direktorat Evaluasi dan Pelaporan BPK RI. Kekurangannya dalam strata pendidikan tidak menjadikan dirinya tidak berarti atau hanya menjadi pelengkap penderitaan rekan-rekan kerjanya.
Itulah Om Beck. Konsistensi dan kontinyuitas sikap "melayani" rekan kerja dalam setiap kegiatan menjadikan dirinya pantas untuk diberi gelar "Guru Kehidupan". Kepuasan dirinya hanya diukur oleh kepuasan orang lain dan bukan oleh jabatan, insentif, apalagi ketenaran. Karena itulah, Om Beck layak mendapat award sebagai "Value Based Person".
Baca Juga
Peran Seorang Muslim Sebagai Pendorong Inovasi Sektor Publik
Baca Juga
Peran Seorang Muslim Sebagai Pendorong Inovasi Sektor Publik
Hiks... Om beck
ReplyDelete