Friday, 22 January 2016

Belajar Menjadi Pejabat yang Dicintai Kepada Dr. Daeng Mochamad Nazier



Ketika Engkau datang, orang sekelilingmu bahagia
Ketika Engkau pergi, orang sekelilingmu menangis
Itulah ciri pribadi yang bermanfaat dan dicintai

Pak Daeng atau pria bernama lengkap Daeng Mochamad Nazier adalah salah satu legenda hidup di BPK. Mantan pejabat eselon I yang menghabiskan masa baktinya di BPK pada akhir Tahun 2012 itu adalah role model seorang pejabat yang memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat. Semua orang – baik atasan, kolega, apalagi bawahan – menaruh respek yang besar kepada dirinya. Determinasinya dalam bekerja diakui oleh semua kalangan telah membawa perubahan yang signifikan kendati beliau hanya mengabdi di BPK kurang lebih hanya lima tahun saja. Orang-orang muda BPK yang tengah dipenuhi semangat perubahan, tiba-tiba kedatangan sosok yang mampu mengajak mereka "berlari" hingga membuat BPK menjadi tempat bekerja yang "pantas" untuk dibanggakan. Maka dari itu, pantas saja ketika beliau memasuki masa purnabakti, banyak orang “menangis” karena kehilangan sosok pemimpin sekaligus guru yang mengajarkan banyak hal luar biasa dalam bekerja.

“Saya takut tidak cukup pantas untuk menerima penghasilan sebesar nilai remunerasi yang saya terima sekarang”. Kurang lebih, kalimat itulah yang terlontar dari lisan Pak Daeng ketika BPK resmi mendapatkan remunerasi yang cukup besar sebagai apresiasi atas keberhasilan BPK mengimplementasikan reformasi birokrasi. Tampak sekali di mata kami sebagai anak buahnya, beliau mengajarkan bahwa bertambahnya penghasilan bukan hanya untuk disyukuri, tetapi juga disadari sebagai beban yang harus dibayar dengan kerja keras dan prestasi. Tentu saja, kalimat yang dilontarkan beliau itu terasa mendalam dan berkesan bagi kami karena kata-kata itu wujud dalam perbuatan dan kesungguhan beliau dalam bekerja.

Bukti integritas diri Pak Daeng nampak sekali dalam hal “jam kerja” beliau yang tidak mengenal kata lelah. “Tidak ada waktu” bukanlah kata-kata yang ada dalam kamus hidup beliau. Beliau sering sekali menyambangi kami ketika kami kerja sampai larut malam. Pukul 11 atau 12 malam merupakan hal biasa bagi beliau untuk membahas pekerjaan bersama kami. Tidak sampai di situ, jika beliau tidak bisa hadir, beliau minta hasil pekerjaan itu di-email atau print out-nya dikirim kerumah beliau jam berapapun. Suatu kesempatan, kami mengirim print out pekerjaan ke rumah beliau pukul 3 pagi. Luar biasanya, pukul 8 esok paginya, beliau sudah datang ke tempat kami kerja dan di kertas yang semalam kami kirim itu sudah penuh dengan coretan koreksian. Terbayar rasanya semua lelah dan letih akibat kerja lembur ngejar deadline. Respon luar biasa dari beliau yang rela membaca hasil kerja kami pada jam-jam istirahat membuat kami merasa “dihargai” dan kami merasa kalau beliau selalu bersama dan menemani kami bekerja. 

Begitulah rasanya bekerja keras bersama pemimpin yang juga mau sama-sama bekerja keras. Beliau tidak hanya memerintah, tapi juga memberi contoh serta selalu “hadir” dalam setiap aktivitas anak buahnya. Bekerja bersama Pak Daeng bak berlatih yoga. Kami diajak beliau untuk bekerja melebihi batas kemampuan yang ada sekarang, tetapi pada akhirnya terbiasa dan malah menikmatinya. Demikian, salah satu pejabat eselon 3 di bawah Pak Daeng saat itu, yaitu Ibu Felicia Yudhaningtyas melukiskan.

Lebih dari itu, pada suatu hari kami rapat bersama beliau. Saat itu wajah beliau terlihat pucat sehingga kami tahu kalau beliau sedang kurang sehat. Lalu kami tanya, “Bapak sakit?“ Lalu beliau menjawab kalau baru saja pulang dari rumah sakit untuk memeriksakan lambungnya. “Saya masih pusing” kata beliau. Ternyata beliau baru saja melakukan pemeriksaan endoskopi.  Salah satu prosedur yang harus dijalani dalam pemeriksaan itu, pasien harus meminum sejenis cairan mirip susu sebelum alat endoskopi dimasukan kedalam tubuh melalui mulut. Cairan itulah yang efeknya masih dirasakan oleh Pak Daeng sampai dengan beliau rapat bersama kami. Lagi-lagi di kala itu kami dibuat tercengang dengan semangat kerja beliau. Seakan-akan energi beliau itu tidak ada batasnya sampai kami kehabisan kata-kata untuk melukiskan etos kerja beliau, padahal masih banyak cerita tentang determinasi Pak Daeng dalam bekerja yang tidak dapat kami ceritakan di sini.

Satu lagi keistimewaan pria yang setelah pensiun dari BPK diangkat oleh Menteri Keuangan Chatib Basri menjadi Ketua Komite Pengawas Perpajakan itu adalah konsistensinya untuk tampil sebagai pribadi yang saleh. Beliau termasuk sedikit dari sekian banyak pejabat eselon I yang disipilin dalam menjaga shalat tepat waktu dan berjamaah di masjid. Setiap 10 hari terakhir Ramadhan, beliau selalu cuti untuk melakukan itikaf walaupun tetap ngantor dan bekerja seolah-olah tidak sedang cuti. Luar biasa!! Malam beliau itikaf, siangnya ngantor. Pengambilan cuti hanya untuk mendapatkan fleksibilitas waktu, karena kalau tidak diperlukan, beliau tidak perlu ke kantor. Sebuah tauladan yang luar biasa. Beliau membuktikan bahwa kesungguhan dalam spiritualitas bukan merupakan penghalang untuk berprestasi.

Kesalehan Pak Daeng juga tercermin di keluarga terutama di pasangan hidup. Para ibu dharma wanita sering menceritakan kalau istri Pak Daeng itu memiliki sikap rendah hati. Syahdan, dalam suatu acara family gathering BPK, Bu Daeng pernah ditanya oleh seorang istri pejabat lainnya yang kebetulan adalah anak buah Pak Daeng Sendiri. “Suami ibu kerja di sini ya?” tanya si istri pejabat. “Ya, alhamdulillah suami saya dipercaya menjadi kepala satpam” jawab Bu Daeng sambal tersenyum serta dengan wajah yang ramah. Bayangkan!! Suatu jawaban beyond expectation yang keluar dari lisan seorang istri pejabat tinggi. Tidak ada kesan tersinggung pada diri Bu Daeng bahwa istri anak buah suaminya tidak tahu “siapa” dirinya. Bandingkan dengan istri pejabat lain, sudah barang tentu dapat dibayangkan jawaban apa yang akan terlontar. Hal itu mencerminkan kuatnya nilai diri Pak Daeng yang juga direfleksikan oleh anggota keluarganya. 

Demikian istimewanya Pak Daeng, kami merasa bahwa sampai saat ini belum ada sosok yang dapat menggantikan beliau. Beliau adalah sosok pemimpin “paket lengkap” yang selalu kami rindukan untuk membuat bangsa ini lebih baik lagi ke depan. Bangsa ini butuh pemimpin yang memiliki determinasi yang luar biasa dalam bekerja, tetapi sekaligus memiliki pribadi yang saleh seperti beliau. Selamat menjalani masa purnabakti Pak! Selamat berkarya di tempat lain! Kami rindu Bapak.

Baca Juga:

Value Based Leadership: Sebuah Journey Menuju Penciptaan Karakter Seorang Pemimpin yang Memiliki Nilai Manfaat
Perjalanan Singkat Mengawal Pioner Agen Perubahan
Menjadi PNS yang Profesional, MUNGKINKAH?
Seri Belajar Nilai Diri Kepada Guru Kehidupan : Om Beck

 

 

 



5 comments:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. Yg disampaikan di atas adalah benar adanya. Alhamdulillah saya tmsk orang yang mengalami masa kepemimpinan beliau. Belajar bekerja sistematis, ikhlas tanpa pamrih bahkan sampai jam berapapun tdk merasa dipaksa hanya ingin menyuguhkan yg terbaik,....

    ReplyDelete
  3. Semoga Allah tetap menjaga keikhlasan kita semua, aamiin.

    ReplyDelete
  4. Semoga Allah tetap menjaga keikhlasan kita semua, aamiin.

    ReplyDelete